Seperti
ini memang rasanya, saat pandanganmu berujung pada sesuatu yang membuatmu terdiam.
Malaikatmu,
ia bersandar di pelupuk matamu bersama bayangan lain, yang memaksamu menjadi
tawanan kegundahan.
Aku
memang tidak bisa memilikinya, tapi aku rasa itu bukan alasan logis untuk
dilarang menyayanginya. Kukira untuk tidak melihatnya beberapa waktu adalah
pilihan yang terbaik untuk tidak merasakan sakitnya.
Sebenarnya
untuk apa aku mengaguminya? Apa untuk mendapat kasih sayang dari dia? TIDAK!!
Apa untuk mendapat perhatian dari dia? LAGI LAGI TIDAK!! Karena memang tidak
ada harapan untuk merasakan hal seperti itu dengan dia.
Mungkin
orang-orang mengira mencintai itu mudah, tapi di bagian ini, hal itu tidak bisa
dianggap remeh. Karena untuk mencintainya saja aku harus memenangkan pikiranku
terlebih dahulu dari hal-hal yang membuatku berpikir bahwa aku tidak pantas
untuk dia.
Aku
tau saat dunia ini menentangku aku hanya bisa mempercayakan pikiranku padanya agar
tetap tenang dan kuat. Aku sadar akan hal itu, sadar sesadar-sadarnya. Bahkan mungkin
dia tidak tahu sama sekali tentang hal itu.
Entah
sampai kapan aku akan menyimpan perasaan ini rapat-rapat dalam hati, aku tidak
memiliki keberanian untuk memberinya petunjuk, apalagi untuk menyatakan cinta
langsung padanya.
Untuk kamu, iyah
kamu.. Apa kamu pura-pura tidak mengerti akan tingkahku yang kadang gugup di depanmu?
Atau kamu memang lelaki yang tidak peka?
Sayang
sekali, mungkin kisahku harus beralur seperti ini, memberikan seluruh hati pada
seseorang yang mungkin tidak mengerti.
Mungkin
ini kali pertamaku mencintai seseorang hanya dengan bertepuk sebalah tangan,
karna aku memang sulit untuk mengagumi seseorang, apalagi untuk menyadari bahwa
aku merasakan cinta.
Seharusnya
hal seperti ini mudah untuk aku lalui, karna aku pikir hal seperti ini wajar
dihadapi seseorang. Tapi entah kenapa aku lemah dan menjadi sensitif dengan
sendirinya.
Hanya menunggu
saat-saat terkhir..